Aksi Kamisan Kalteng Soroti Krisis Iklim dan Bencana
beritabumi – Sejumlah aktivis, mahasiswa, dan masyarakat sipil di Kalimantan Tengah kembali menggelar Aksi Kamisan di depan Kantor Gubernur Kalteng, Kamis (16/10/2025). Aksi yang berlangsung damai itu menyoroti krisis iklim dan meningkatnya bencana lingkungan yang semakin sering terjadi di wilayah tersebut.
Para peserta aksi mengenakan pakaian serba hitam sebagai simbol duka atas rusaknya alam dan menurunnya kualitas lingkungan hidup. Mereka juga membawa berbagai poster bertuliskan seruan moral seperti “Hentikan Pembakaran Lahan”, “Selamatkan Rakyat, Bukan Korporasi”, dan “Iklim Krisis, Bukan Isapan Jempol.”
1. Sorotan terhadap Krisis Iklim di Kalimantan Tengah
Dalam orasinya, para aktivis menyampaikan bahwa Kalimantan Tengah saat ini menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim. Musim kemarau panjang yang terjadi beberapa bulan terakhir menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) meningkat signifikan, sementara musim hujan ekstrem kerap menimbulkan banjir di sejumlah wilayah.
Mereka menilai krisis iklim bukan lagi isu global yang jauh, tetapi sudah berdampak langsung terhadap masyarakat lokal, terutama petani, nelayan, dan warga di pedesaan yang bergantung pada sumber daya alam. “Kita tidak bisa diam melihat hutan dibabat dan udara kita penuh asap setiap tahun,” ujar salah satu orator dari komunitas lingkungan setempat.
2. Kritik terhadap Kebijakan Pemerintah
Peserta Aksi Kamisan juga mengkritik lemahnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang terbukti melakukan pembakaran lahan atau merusak kawasan hutan. Menurut mereka, masih banyak kasus yang tidak ditindak tegas, sehingga praktik tersebut terus berulang setiap tahun.
Selain itu, kebijakan pembangunan yang dianggap tidak ramah lingkungan, seperti perluasan perkebunan sawit dan pertambangan, turut disebut memperburuk kondisi ekosistem Kalteng. Para aktivis meminta pemerintah daerah untuk lebih berpihak kepada rakyat dan keberlanjutan lingkungan, bukan hanya pada kepentingan investasi jangka pendek.
3. Dukungan dari Kalangan Mahasiswa dan Akademisi
Dalam aksi tersebut, sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas di Palangka Raya juga ikut menyuarakan keprihatinan mereka. Mereka menegaskan bahwa perubahan iklim harus menjadi prioritas utama dalam kebijakan daerah karena dampaknya tidak hanya pada ekonomi, tetapi juga pada kesehatan dan masa depan generasi muda.
Beberapa akademisi yang hadir turut memberikan pandangan ilmiah tentang pentingnya transisi energi bersih dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Mereka mengingatkan bahwa mitigasi bencana dan adaptasi iklim tidak bisa hanya dilakukan melalui seremonial, melainkan dengan kebijakan nyata yang melibatkan publik secara aktif.
4. Aksi Damai dan Edukasi Publik
Selain berorasi, peserta aksi menggelar pameran foto yang menampilkan kondisi hutan Kalimantan Tengah dari tahun ke tahun, memperlihatkan betapa luasnya area yang telah gundul akibat deforestasi. Mereka juga mengadakan diskusi singkat dan membagikan selebaran edukatif mengenai dampak krisis iklim serta langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan masyarakat untuk membantu menjaga lingkungan.
Suasana aksi berlangsung tertib dan damai. Polisi yang berjaga di lokasi turut membantu menjaga keamanan. Beberapa pengendara yang melintas bahkan sempat berhenti untuk melihat dan memberikan dukungan dengan mengangkat tangan sebagai tanda solidaritas.
5. Seruan untuk Bertindak Nyata
Menutup aksi, perwakilan koalisi masyarakat sipil membacakan pernyataan sikap yang berisi lima tuntutan utama: penegakan hukum lingkungan yang tegas, penghentian pembakaran hutan, transparansi kebijakan lingkungan, perlindungan terhadap masyarakat adat, dan percepatan transisi menuju energi bersih.
Mereka juga mengajak warga untuk lebih peduli terhadap perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, dan mendukung produk lokal berkelanjutan. “Krisis iklim bukan hanya urusan aktivis, tapi urusan kita semua,” tegas salah satu perwakilan aksi.
Kesimpulan
Aksi Kamisan di Kalimantan Tengah kali ini menjadi pengingat keras bahwa krisis iklim telah menjadi kenyataan yang harus dihadapi bersama. Dari kebakaran hutan hingga banjir bandang, dampaknya nyata bagi masyarakat. Melalui aksi damai ini, para peserta menegaskan bahwa suara rakyat harus didengar dalam setiap kebijakan lingkungan.
Lebih dari sekadar protes, Aksi Kamisan ini mencerminkan semangat solidaritas dan harapan agar bumi, khususnya Kalimantan Tengah, bisa kembali hijau dan lestari. Dalam diam yang penuh makna, para peserta mengingatkan bahwa menjaga alam berarti menjaga kehidupan itu sendiri.

