Upaya Bersama Cegah Bencana Alam di Dogiyai
beritabumi – Pemerintah Kabupaten Dogiyai bersama sejumlah instansi terkait dan masyarakat setempat kini tengah memperkuat upaya pencegahan bencana alam yang berpotensi terjadi di wilayah tersebut. Langkah ini dilakukan menyusul meningkatnya curah hujan, tanah longsor, serta potensi banjir yang kerap melanda beberapa distrik di Dogiyai dalam beberapa bulan terakhir.
1. Pemerintah Daerah Aktif Koordinasi dengan BPBD
Bupati Dogiyai menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk meminimalkan risiko bencana alam di daerahnya. Melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), pemerintah setempat menggelar rapat koordinasi bersama aparat distrik, tokoh masyarakat, dan lembaga sosial untuk menyusun rencana tanggap darurat dan pencegahan dini.
“Kita tidak bisa menunggu sampai bencana terjadi baru bergerak. Dogiyai adalah wilayah dengan kondisi geografis yang rawan, maka langkah pencegahan harus jadi prioritas,” ujar Bupati dalam sambutannya, Kamis (16/10/2025).
Dalam rapat tersebut, disepakati pembentukan pos siaga bencana di sejumlah titik rawan longsor dan banjir, seperti di Distrik Mapia, Kamu, dan Piyaiye. Posko tersebut akan berfungsi sebagai pusat informasi dan pengawasan lingkungan berbasis masyarakat.
2. Keterlibatan Masyarakat Jadi Kunci Utama
Selain upaya dari pemerintah, partisipasi aktif masyarakat menjadi faktor penting dalam keberhasilan pencegahan bencana. Warga Dogiyai diimbau untuk tidak melakukan penebangan liar dan pembukaan lahan di daerah lereng yang berpotensi longsor.
Kepala BPBD Dogiyai, Marthen Tebai, mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan sosialisasi langsung ke kampung-kampung untuk mengedukasi warga mengenai bahaya aktivitas yang dapat memperburuk kerentanan tanah. “Kami mengajak masyarakat menjadi bagian dari solusi. Pengawasan paling efektif justru datang dari mereka yang tinggal langsung di lokasi rawan bencana,” jelasnya.
Selain itu, masyarakat juga dilatih untuk melakukan langkah-langkah evakuasi sederhana, mengenali tanda-tanda awal bencana, dan melaporkan kejadian ke posko terdekat melalui sistem komunikasi berbasis radio komunitas yang baru saja diaktifkan kembali.
3. Peran Gereja dan Sekolah dalam Edukasi Bencana
Dogiyai dikenal sebagai daerah dengan kehidupan sosial yang sangat berpusat pada komunitas gereja dan sekolah. Oleh karena itu, BPBD dan Dinas Pendidikan setempat menggandeng para pemuka agama serta guru untuk menjadi agen edukasi mitigasi bencana.
Setiap ibadah Minggu dan kegiatan sekolah kini diisi dengan penyuluhan singkat mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan mengenali potensi bencana. “Anak-anak dan jemaat gereja harus memahami bahwa cuaca ekstrem bukan hanya urusan pemerintah, tetapi tanggung jawab bersama,” kata salah satu pendeta di Distrik Kamu.
Pendekatan berbasis komunitas ini dinilai lebih efektif karena menyentuh langsung nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat setempat, sehingga pesan kewaspadaan lebih mudah diterima.
4. Dukungan dari Pemerintah Provinsi dan Pusat
Upaya pencegahan bencana di Dogiyai juga mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Papua Tengah serta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam waktu dekat, BNPB akan mengirimkan tim teknis untuk melakukan pemetaan risiko bencana dan memberikan bantuan logistik untuk pos siaga.
Selain itu, BNPB juga merencanakan program rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) dan penanaman kembali pohon di kawasan hulu yang sering menjadi penyebab banjir musiman. Langkah ini diharapkan dapat menekan potensi bencana ekologis sekaligus menjaga ketersediaan air bersih di wilayah tersebut.
Pemerintah provinsi pun menyatakan siap memberikan dukungan tambahan berupa pelatihan mitigasi untuk aparat desa dan relawan, agar Dogiyai memiliki sistem penanganan bencana yang lebih tangguh dan mandiri.
5. Tantangan dan Harapan ke Depan
Meski berbagai langkah telah dilakukan, tantangan utama masih terletak pada keterbatasan infrastruktur dan akses transportasi. Beberapa wilayah di Dogiyai sulit dijangkau terutama saat musim hujan, sehingga pengiriman logistik dan alat berat sering terhambat.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum menyebutkan bahwa perbaikan jalan antar-distrik menjadi salah satu prioritas dalam rencana kerja tahun 2026. “Infrastruktur yang baik bukan hanya memudahkan ekonomi, tapi juga penting dalam penanganan bencana,” ujarnya.
Di sisi lain, masyarakat berharap agar program pencegahan bencana tidak hanya berhenti pada sosialisasi, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata seperti pembangunan tanggul penahan longsor dan perbaikan drainase di sekitar permukiman padat.
Kesimpulan
Upaya bersama yang dilakukan antara pemerintah daerah, masyarakat, dan berbagai lembaga di Dogiyai menunjukkan komitmen kuat dalam menghadapi ancaman bencana alam. Pendekatan berbasis komunitas, pendidikan, dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci utama dalam membangun ketangguhan wilayah terhadap risiko lingkungan.
Dengan dukungan berkelanjutan dari pemerintah provinsi dan pusat, diharapkan Dogiyai dapat menjadi contoh daerah pegunungan yang tangguh, waspada, dan siap menghadapi perubahan iklim serta dinamika alam yang kian tidak menentu.

