Di Tengah Negosiasi Sandera, Israel Siapkan Serangan Gaza

beritabumi – Ketegangan di Jalur Gaza kembali meningkat setelah otoritas Israel menyatakan siap melancarkan operasi militer besar, meski proses negosiasi pembebasan sandera dengan Hamas masih berlangsung. Pernyataan ini disampaikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Sabtu (24/8), di tengah tekanan internasional agar Israel menahan diri dan mengutamakan jalur diplomasi.

Netanyahu menegaskan bahwa prioritas utama pemerintah Israel adalah menjamin keamanan warganya sekaligus membebaskan para sandera yang masih ditahan kelompok bersenjata di Gaza. “Kami tidak akan berhenti sampai semua sandera kembali dengan selamat. Namun, Israel juga harus memastikan Hamas tidak lagi menjadi ancaman,” ujar Netanyahu dalam konferensi pers di Tel Aviv.

Hingga kini, diperkirakan masih ada lebih dari 90 sandera yang ditahan sejak serangan Hamas pada Oktober lalu. Negosiasi intensif dengan mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat sudah dilakukan dalam beberapa pekan terakhir. Namun, belum ada kesepakatan final terkait mekanisme pertukaran tahanan maupun gencatan senjata jangka panjang.

Sementara itu, militer Israel (IDF) mengonfirmasi bahwa persiapan serangan darat maupun udara tetap berjalan. Sejumlah tank dan pasukan cadangan dilaporkan telah ditempatkan di perbatasan Gaza. Operasi ini, menurut IDF, akan difokuskan pada penghancuran infrastruktur Hamas, termasuk terowongan bawah tanah dan fasilitas peluncuran roket.

Langkah Israel tersebut menuai respons keras dari komunitas internasional. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres kembali menyerukan agar semua pihak menghentikan eskalasi dan mengutamakan perlindungan warga sipil. “Setiap operasi militer berskala besar di Gaza hanya akan memperburuk krisis kemanusiaan. Kami mendesak agar solusi diplomatik didahulukan,” katanya.

Di sisi lain, Hamas menyatakan bahwa ancaman Israel dapat menggagalkan proses negosiasi yang sedang berjalan. Juru bicara Hamas, Abu Ubaida, menegaskan bahwa kelompoknya tidak akan tunduk pada tekanan militer. “Jika Israel melanjutkan serangan, kami siap melawan, dan nasib para sandera akan berada di tangan mereka sendiri,” ujarnya melalui pernyataan resmi.

Situasi di lapangan sendiri semakin genting. Data dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 36 ribu warga sipil tewas sejak konflik meletus kembali tahun lalu, sementara ratusan ribu lainnya mengungsi ke wilayah selatan. Organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa serangan baru dapat memperparah kelaparan dan krisis medis di daerah kantong padat penduduk itu.

Meski tekanan internasional meningkat, banyak pengamat menilai Israel tetap akan melanjutkan opsi militer jika negosiasi tak menghasilkan terobosan. “Israel menghadapi dilema antara diplomasi dan kebutuhan keamanan. Kegagalan membebaskan sandera bisa menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintah,” kata analis Timur Tengah dari Hebrew University, Yossi Mekelberg.

Hingga kini, negosiasi masih berjalan tertutup di Doha. Namun dengan Israel yang terus menggerakkan pasukannya, situasi di Gaza diperkirakan akan memasuki babak baru yang lebih kritis dalam beberapa hari ke depan.

You may also like...