BMKG Jelaskan Fenomena Hari Lebih Pendek, Rotasi Bumi Kian Cepat Akibat Mencairnya Es Kutub
beritabumi.web.id JAKARTA — Fenomena rotasi bumi yang semakin cepat kembali menjadi sorotan ilmuwan dunia. Perubahan kecil pada kecepatan rotasi membuat satu hari di bumi kini sedikit lebih pendek dari standar 24 jam.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa percepatan ini bukan hal baru, namun penyebab utamanya kini semakin terkait dengan pemanasan global dan mencairnya es di kutub.
Ketua Tim Bidang Geofisika Potensial BMKG, Syrojudin, mengatakan rotasi bumi tidak pernah benar-benar konstan. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan rotasi, mulai dari pergerakan inti bumi, efek gravitasi bulan, hingga redistribusi massa di permukaan bumi akibat mencairnya es di kutub.
“Rotasi bumi memang berubah-ubah, tidak selalu tepat 24 jam. Salah satu penyebab terbarunya adalah pemanasan global yang membuat es di kutub mencair, sehingga memengaruhi keseimbangan rotasi bumi,” jelas Syrojudin.
Pemanasan Global Jadi Faktor Utama
BMKG menyebut, mencairnya lapisan es di wilayah kutub menyebabkan perpindahan massa air laut secara besar-besaran. Saat es mencair, air mengalir ke lautan dan mendistribusikan berat bumi secara tidak merata. Perubahan distribusi massa inilah yang mengganggu momentum rotasi bumi, membuatnya berputar sedikit lebih cepat.
Fenomena ini diibaratkan seperti seorang skater yang memutar tubuhnya di atas es: ketika tangan didekatkan ke tubuh, rotasi akan semakin cepat. Begitu pula dengan bumi, ketika massa berpindah ke arah ekuator akibat cairnya es, perputarannya mengalami percepatan halus.
Namun, Syrojudin menegaskan bahwa perubahan ini sangat kecil. “Perbedaannya hanya beberapa milidetik, jadi tidak terasa dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.
Fenomena Global, Dampak Tak Terasa Langsung
Masyarakat tidak perlu khawatir dengan perubahan ini. Menurut BMKG, fenomena ini bersifat global dan tidak menimbulkan dampak langsung terhadap kehidupan manusia.
“Percepatan rotasi bumi memang terjadi secara global, tapi efeknya nyaris tidak terasa karena hanya dalam hitungan milidetik,” lanjut Syrojudin.
Dalam sejarah bumi, panjang satu hari memang tidak selalu sama. Pada masa awal terbentuknya bumi miliaran tahun lalu, satu hari hanya berlangsung sekitar 19 jam. Seiring waktu, efek gravitasi bulan memperlambat rotasi bumi hingga mencapai 24 jam seperti sekarang.
Namun kini, dengan perubahan iklim dan dinamika geofisika modern, rotasi kembali sedikit lebih cepat. Meski tidak ekstrem, fenomena ini menarik perhatian para ilmuwan karena menunjukkan bahwa sistem bumi saling terhubung antara satu elemen dengan lainnya.
Ilmuwan Dunia Turut Meneliti
Sejumlah lembaga riset internasional telah mencatat percepatan rotasi bumi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa pengukuran menunjukkan bahwa pada titik tertentu, satu hari di bumi bisa lebih pendek sekitar 1–2 milidetik dibandingkan standar 24 jam.
Fenomena serupa juga pernah terjadi sebelumnya dan tercatat oleh lembaga astronomi dunia. Beberapa tahun lalu, sejumlah hari bahkan disebut sebagai “hari terpendek” sepanjang catatan modern karena durasinya lebih singkat dari biasanya.
Para peneliti menilai percepatan rotasi ini bukan hanya dipicu oleh mencairnya es kutub, tetapi juga oleh faktor lain seperti pergerakan inti bumi, gempa bumi besar, serta perubahan distribusi massa di atmosfer dan laut.
“Rotasi bumi adalah hasil dari banyak faktor yang kompleks. Bukan hanya dari permukaan, tapi juga dari dalam bumi itu sendiri,” kata seorang ahli geofisika dari BMKG.
Efek Tidal dan Gerakan Inti Bumi
Selain pemanasan global, gaya pasang surut (efek tidal) dari bulan dan matahari juga turut memengaruhi rotasi bumi. Tarikan gravitasi dari bulan misalnya, memperlambat kecepatan rotasi dalam jangka panjang. Namun perubahan distribusi massa dari mencairnya es bekerja ke arah sebaliknya, yakni mempercepat putaran bumi.
Gerakan inti bumi juga menjadi faktor penting. Inti cair bumi berputar pada kecepatan berbeda dibandingkan lapisan luar. Ketika kecepatan inti berubah, momentum rotasi bumi bisa ikut bergeser.
Perpaduan semua faktor ini membuat rotasi bumi tidak benar-benar stabil, melainkan berfluktuasi dari waktu ke waktu.
Apakah Dampaknya Signifikan bagi Manusia?
Meski secara ilmiah menarik, fenomena ini tidak memberikan dampak praktis terhadap kehidupan manusia. Perubahan panjang hari yang hanya berbeda beberapa milidetik tidak memengaruhi waktu tidur, kegiatan harian, maupun sistem kalender.
Namun, bagi dunia astronomi dan sistem navigasi satelit seperti GPS, perbedaan ini tetap penting. Sistem satelit sangat bergantung pada perhitungan waktu yang presisi. Karena itu, lembaga internasional seperti International Earth Rotation Service (IERS) secara rutin menyesuaikan waktu resmi dunia dengan menambahkan atau mengurangi detik kabisat (leap second).
Langkah ini bertujuan menjaga kesesuaian antara waktu atomik dengan waktu rotasi bumi yang alami.
Pesan BMKG: Fenomena Ini Pengingat untuk Menjaga Bumi
BMKG menilai percepatan rotasi bumi akibat mencairnya es di kutub bisa menjadi peringatan bagi manusia akan dampak nyata pemanasan global. Meskipun pengaruhnya terhadap waktu harian nyaris tak terasa, fenomena ini menunjukkan bagaimana aktivitas manusia dapat mengubah keseimbangan planet secara keseluruhan.
“Perubahan sekecil apa pun di sistem bumi menunjukkan bahwa semuanya saling terhubung. Ketika kita merusak satu bagian, bagian lain ikut berubah,” ujar Syrojudin.
Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih sadar lingkungan. Pengurangan emisi karbon, pengelolaan energi bersih, dan pelestarian hutan dianggap sebagai langkah penting untuk memperlambat pemanasan global yang kini memengaruhi seluruh sistem bumi, termasuk rotasinya.
Penutup
Fenomena percepatan rotasi bumi bukan sekadar keanehan astronomi, melainkan cerminan dari perubahan besar di planet ini. Pemanasan global, mencairnya es kutub, dan pergeseran massa bumi telah menjadi bukti nyata bahwa keseimbangan bumi sangat rapuh.
Bumi berputar sedikit lebih cepat, dan hari menjadi sedikit lebih pendek. Mungkin perubahannya hanya sepersekian milidetik, tapi maknanya sangat besar: bumi sedang berbicara, dan manusia harus mendengarkan.

Cek Juga Artikel Dari Platform beritagram.web.id
