BUMI Percepat Perburuan Aset Mineral, Akuisisi Baru Disiapkan untuk Tahun Depan
beritabumi.web.id PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) kembali menegaskan ambisi besarnya untuk keluar dari ketergantungan pada batu bara thermal. Emiten tambang terbesar di Indonesia itu kini agresif memburu aset logam dan mineral sebagai bagian dari strategi diversifikasi jangka panjang. Langkah ini sudah disiapkan sejak beberapa tahun terakhir, namun kini BUMI bergerak lebih cepat dengan rencana akuisisi baru yang siap diumumkan dalam rentang waktu enam hingga dua belas bulan mendatang.
Transformasi ini menjadi bagian penting dari strategi perseroan karena perubahan global yang semakin mendukung energi bersih, hilirisasi mineral, dan material strategis untuk teknologi masa depan. Dengan tekanan terhadap sektor batu bara dan meningkatnya kebutuhan logam kritis seperti nikel, tembaga, kobalt, hingga mineral tanah jarang, BUMI melihat peluang jangka panjang yang lebih stabil di sektor non-batu bara.
Direktur Bumi Resources, Christopher Fong, menyampaikan bahwa perusahaan kini berada dalam fase transisi yang tak bisa ditunda. BUMI tidak lagi ingin sepenuhnya bergantung pada pendapatan batu bara thermal, terlebih tren global menunjukkan pergeseran energi yang semakin cepat. Karena itu, perusahaan menempatkan ekspansi logam dan mineral sebagai pilar pertumbuhan baru.
Rencana Akuisisi Ditargetkan Rampung Tahun Depan
Menurut Fong, proses penjajakan aset baru sudah berjalan. BUMI saat ini sedang melakukan penilaian terhadap beberapa aset mineral yang dianggap strategis. Ia menyebutkan bahwa pengumuman terkait akuisisi baru kemungkinan besar dilakukan dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. Aset yang dibidik tidak hanya mineral umum, tetapi juga mineral yang memiliki nilai tinggi bagi industri global.
BUMI tidak menyebutkan negara atau wilayah yang menjadi target akuisisi, namun arah diversifikasi ini menunjukkan fokus perseroan untuk masuk ke sektor logam yang dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik, energi terbarukan, dan industri berteknologi tinggi. Perusahaan juga membuka peluang ekspansi ke sektor lain yang relevan dengan transformasi bisnis jangka panjang.
Langkah ini menandai perubahan besar bagi BUMI, yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai salah satu penghasil batu bara terbesar di Asia. Namun kini, perusahaan memutuskan untuk mulai menggeser sumber pendapatannya agar lebih stabil di masa depan.
Target 50:50 Antara Batu Bara dan Non-Batu Bara
BUMI memiliki target jangka panjang yang cukup ambisius. Dalam sekitar lima hingga enam tahun ke depan, perusahaan menargetkan komposisi pendapatan 50:50 antara sektor batu bara thermal dan sektor non-batu bara. Artinya, BUMI harus menambah sejumlah aset baru di luar batu bara agar neraca pendapatannya lebih seimbang.
Target ini menunjukkan betapa seriusnya perseroan dalam mengubah struktur bisnis. Selama bertahun-tahun, pendapatan BUMI hampir sepenuhnya bergantung pada batu bara. Namun, perubahan global memaksa perusahaan untuk beradaptasi atau tertinggal dari kompetisi. Dalam ekosistem energi baru, perusahaan tambang yang tidak melakukan diversifikasi berisiko menghadapi penurunan permintaan dan tekanan pasar dalam jangka panjang.
BUMI menyadari bahwa masa depan industri tambang tidak lagi bergantung pada satu komoditas saja. Hilirisasi mineral menjadi tulang punggung banyak negara, termasuk Indonesia. Pemerintah pun mendorong percepatan pengembangan industri logam yang menunjang teknologi hijau. Karena itu, strategi BUMI sangat selaras dengan arah kebijakan nasional.
Menghadapi Tantangan Transisi Bisnis
Meski langkah diversifikasi terlihat menjanjikan, BUMI tetap menghadapi sejumlah tantangan besar. Perubahan dari bisnis batu bara ke mineral tidak hanya memerlukan modal besar, tetapi juga kesiapan teknologi dan sumber daya manusia. Selain itu, pengembangan smelter dan fasilitas hilirisasi mineral membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
BUMI juga perlu memastikan bahwa aset yang diakuisisi memiliki prospek yang sehat. Tidak semua tambang mineral menghasilkan profit jangka panjang, terutama jika berada di wilayah terpencil atau membutuhkan teknologi ekstraksi yang kompleks. Karena itu, proses due diligence harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Namun, perusahaan tampaknya cukup percaya diri. BUMI memiliki jaringan luas di dunia tambang dan pengalaman panjang dalam pengelolaan operasi berskala besar. Hal ini menjadi nilai tambah ketika mereka memasuki sektor yang lebih kompleks seperti mineral.
Peluang Besar di Sektor Mineral Global
Tren global menunjukkan bahwa mineral akan menjadi komoditas strategis dalam beberapa dekade ke depan. Kendaraan listrik, panel surya, turbin angin, dan berbagai teknologi hijau membutuhkan logam tertentu dalam jumlah besar. Negara-negara maju sedang berlomba mengamankan suplai mineral penting untuk melindungi industri masa depan mereka.
BUMI melihat hal itu sebagai peluang emas. Dengan memulai lebih awal, perusahaan dapat memposisikan diri sebagai pemain penting di industri mineral Asia. Jika strategi akuisisi berjalan sukses, BUMI bisa menjadi perusahaan multikomoditas yang lebih tahan terhadap perubahan ekonomi global.
Kesimpulan: Transformasi yang Tidak Bisa Ditunda
Transformasi BUMI bukan lagi sekadar wacana. Perusahaan kini bergerak agresif untuk memperkuat bisnis di luar batu bara. Akuisisi yang sedang disiapkan adalah langkah awal dari perjalanan panjang menuju portofolio yang lebih beragam dan berkelanjutan.
Jika target 50:50 berhasil tercapai, BUMI akan menjadi salah satu perusahaan tambang Indonesia yang paling adaptif terhadap perubahan global. Langkah ini bukan hanya penting bagi bisnis, tetapi juga bagi keberlanjutan industri tambang dalam menghadapi masa depan yang semakin menuntut energi bersih dan teknologi ramah lingkungan.

Cek Juga Artikel Dari Platform ngobrol.online
