Pemerintah Dorong Keterlibatan Anak untuk Menjaga Bumi dan Mengatasi Krisis Iklim
beritabumi.web.id Kesadaran lingkungan saat ini menjadi salah satu fokus utama berbagai negara. Indonesia pun tidak tinggal diam dalam menghadapi ancaman perubahan iklim yang semakin nyata. Pemerintah menilai bahwa anak-anak memegang peran penting dalam menjaga bumi. Mereka dianggap sebagai generasi yang mampu membentuk kebiasaan baru agar lingkungan tetap terjaga.
Dalam sebuah festival bertema “Aku, Kamu, Kita adalah Bumi” yang digelar di Jakarta, pemerintah menegaskan pentingnya melibatkan anak dalam isu lingkungan. Pesan ini disampaikan langsung oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, yang hadir bersama Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kependudukan Kemenko PMK, Woro Srihastuti. Mereka menyampaikan bahwa anak-anak dapat menjadi agen perubahan jika diberi ruang, pemahaman, dan dukungan yang tepat.
Krisis Iklim dan Dampaknya bagi Kehidupan Anak
Perubahan iklim bukan hanya isu global yang jauh dari kehidupan sehari-hari. Krisis ini sudah berdampak langsung pada banyak anak di Indonesia. Cuaca panas ekstrem, hujan lebat, banjir, longsor, dan kekeringan adalah dampak nyata yang dapat mengganggu kesehatan, pendidikan, dan kenyamanan hidup anak-anak.
Arifah Fauzi menekankan bahwa anak-anak perlu memahami kondisi tersebut agar mereka lebih peka terhadap lingkungan. Dengan pemahaman yang benar, anak dapat mengetahui mengapa menjaga bumi adalah hal yang sangat penting. Mereka juga diharapkan mampu mengambil tindakan kecil yang berkontribusi pada upaya mitigasi iklim.
Aksi Sederhana yang Bisa Dilakukan Anak Sehari-hari
Pemerintah percaya bahwa perubahan besar dapat dimulai dari tindakan kecil yang dilakukan secara konsisten. Indonesia memiliki jutaan anak yang jika bergerak bersama, dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan. Beberapa aksi sederhana yang bisa dilakukan anak-anak antara lain:
1. Membuang sampah pada tempatnya
Aksi ini terlihat sederhana, tetapi sangat penting. Sampah yang menumpuk dan mencemari lingkungan dapat menyebabkan banjir dan kerusakan ekosistem.
2. Mengurangi penggunaan plastik
Anak-anak diajak membawa botol minum sendiri, menggunakan tas belanja ramah lingkungan, dan menghindari plastik sekali pakai. Langkah kecil ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan dalam jangka panjang.
3. Menghemat energi
Mematikan lampu ketika tidak digunakan, mencabut charger, dan menggunakan listrik dengan bijak merupakan kebiasaan yang dapat membantu mengurangi emisi karbon.
4. Merawat tanaman dan menanam pohon
Memiliki tanaman di rumah atau sekolah dapat membantu menyerap karbon dan menciptakan udara yang lebih bersih.
5. Menghemat air
Menutup keran setelah dipakai, mandi dengan waktu yang tidak terlalu lama, dan tidak bermain air berlebihan adalah kebiasaan baik yang bisa dimulai sejak dini.
Pemerintah berharap kebiasaan kecil ini membentuk pola hidup ramah lingkungan di kalangan anak-anak.
Ruang Aman dan Inklusif untuk Partisipasi Anak
Woro Srihastuti menegaskan bahwa anak membutuhkan ruang yang aman, inklusif, dan menyenangkan agar bisa terlibat dalam kegiatan lingkungan. Mereka tidak boleh hanya menjadi penonton. Partisipasi anak harus memiliki arti dan harus dihargai.
Menurut Woro, pendapat anak perlu didengar dan dipertimbangkan dalam proses penyusunan kebijakan. Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin ruang partisipasi tersebut, baik melalui pendidikan formal, kegiatan komunitas, proyek kreatif, maupun program lingkungan yang melibatkan sekolah dan keluarga.
Festival sebagai Sarana Edukasi dan Ekspresi
Festival “Aku, Kamu, Kita adalah Bumi” menjadi salah satu contoh kegiatan yang dibuat untuk memberikan edukasi kepada anak melalui pendekatan kreatif dan menyenangkan. Festival ini menggabungkan seni, permainan edukatif, dan aktivitas fisik, sehingga anak bisa memahami isu lingkungan tanpa merasa terbebani.
Anak-anak terlibat dalam berbagai kegiatan seperti membuat poster lingkungan, menanam bibit tanaman, mengikuti permainan bertema iklim, hingga menonton pertunjukan seni yang menggambarkan perubahan cuaca. Pendekatan interaktif ini membuat pesan lebih mudah diterima dan meninggalkan kesan yang mendalam.
Para peserta festival berasal dari sekolah formal, pesantren, panti sosial, komunitas seni, dan kelompok relawan. Keberagaman peserta ini menunjukkan bahwa isu lingkungan dapat dijangkau oleh semua anak dari berbagai latar belakang.
Peran Keluarga dan Sekolah dalam Pendampingan
Meskipun kebijakan pemerintah penting, keluarga dan sekolah memiliki peran besar dalam membentuk kebiasaan anak. Orang tua dapat memberi contoh melalui tindakan sederhana seperti memilah sampah, tidak membuang plastik sembarangan, dan menggunakan energi secara bijak. Anak-anak cenderung meniru kebiasaan orang dewasa, sehingga peran keluarga sangat menentukan.
Di sekolah, guru dapat memasukkan materi lingkungan dalam kegiatan belajar. Edukasi tentang perubahan iklim, daur ulang, konservasi air, dan pengurangan sampah dapat diberikan melalui proyek kreatif atau kegiatan pratikum sederhana. Dengan cara ini, siswa dapat memahami bukan hanya teori, tetapi juga praktik.
Sinergi Lintas Pihak untuk Masa Depan Bumi
Upaya menjaga bumi tidak cukup dilakukan oleh pemerintah saja. Semua pihak perlu bekerja sama untuk menghasilkan perubahan nyata. Organisasi non-pemerintah, komunitas pecinta lingkungan, pihak swasta, dan masyarakat umum harus ikut berperan dalam memberikan edukasi dan menciptakan ruang partisipasi anak.
Pemerintah mendorong kolaborasi ini agar program pelestarian lingkungan dapat mencapai target lebih cepat. Setiap pihak memiliki peran sesuai kapasitasnya. Dengan bekerja bersama, dampak positif bisa lebih mudah dicapai.
Penutup: Anak sebagai Kekuatan Baru untuk Lingkungan
Keterlibatan anak dalam menjaga bumi bukan hanya simbolis. Mereka adalah generasi penerus yang akan merasakan dampak dari perubahan iklim. Dengan memberikan ruang, pengetahuan, dan pendampingan yang tepat, anak-anak dapat tumbuh menjadi agen perubahan yang kuat. Pemerintah berharap kampanye seperti “Aku, Kamu, Kita adalah Bumi” dapat menginspirasi lebih banyak anak untuk ikut terlibat.
Dengan langkah kecil namun konsisten, masa depan bumi berada di tangan generasi muda yang memiliki kesadaran dan kepedulian sejak dini.

Cek Juga Artikel Dari Platform seputardigital.web.id
