Belasan Korban Tewas dan Delapan Hilang Akibat Banjir serta Longsor di Nduga Papua
beritabumi.web.id Ketenangan warga di Kabupaten Nduga, Papua, mendadak berubah menjadi kepanikan setelah banjir bandang dan longsor melanda wilayah tersebut. Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur daerah pegunungan menyebabkan air sungai meluap dan tanah di lereng bukit longsor, menyapu rumah-rumah penduduk serta fasilitas umum di sekitarnya.
Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), bencana ini berdampak parah di Distrik Dal dan Distrik Meborok, terutama di Kampung Yuguru. Tim penyelamat yang tiba di lokasi menemukan 15 korban meninggal dunia, sementara delapan orang lainnya dilaporkan hilang dan masih dalam proses pencarian.
“Sebanyak 15 orang ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sedangkan delapan lainnya masih dicari oleh tim SAR gabungan,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari.
Cuaca Ekstrem Picu Longsor dan Banjir Bandang
Banjir dan longsor di Nduga diduga disebabkan oleh curah hujan tinggi yang mengguyur kawasan hulu sungai selama beberapa jam berturut-turut. Struktur tanah di wilayah pegunungan Papua yang labil memperparah kondisi tersebut. Air bercampur lumpur dan bebatuan besar mengalir deras menuruni lereng, menghantam rumah warga dan menutup akses jalan antardistrik.
“Intensitas hujan yang tinggi di kawasan hulu menjadi pemicu utama. Air membawa material lumpur dan batu besar, menyebabkan kerusakan parah,” jelas Abdul Muhari.
Warga setempat menggambarkan peristiwa itu berlangsung sangat cepat. Dalam hitungan menit, air bah melanda permukiman mereka. Beberapa penduduk tidak sempat menyelamatkan diri karena banjir datang tiba-tiba, sementara gelap malam membuat evakuasi semakin sulit.
Upaya Pencarian dan Evakuasi
Tim gabungan yang terdiri dari BNPB, Basarnas, TNI, Polri, serta relawan lokal, terus bekerja keras mengevakuasi korban dan mencari warga yang dilaporkan hilang. Medan yang berat menjadi tantangan tersendiri bagi para petugas. Jalanan yang tertutup lumpur, jembatan yang rusak, dan cuaca yang belum stabil memperlambat proses pencarian.
Komandan tim SAR di lapangan mengatakan, mereka harus menempuh jalur darat sejauh puluhan kilometer sambil membawa peralatan penyelamatan. “Akses menuju lokasi terputus total. Kami hanya bisa menggunakan alat berat dan perahu karet untuk menembus beberapa titik,” ujarnya.
Selain mencari korban, petugas juga mendirikan posko darurat untuk menampung warga yang selamat. Posko ini berfungsi sebagai tempat pengungsian sementara sekaligus pusat distribusi logistik. Makanan siap saji, air bersih, serta obat-obatan dikirim dari Wamena dan Timika menggunakan helikopter bantuan.
Kondisi Warga dan Dampak Sosial
Ratusan warga kini mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mereka kehilangan tempat tinggal, harta benda, bahkan anggota keluarga. Banyak anak-anak mengalami trauma setelah melihat rumah mereka tersapu banjir.
Salah satu warga, Yulianus Kogoya, menceritakan bagaimana air bah tiba-tiba menghantam rumahnya. “Kami mendengar suara gemuruh dari atas bukit. Tak lama kemudian air datang membawa batu besar. Saya hanya sempat menyelamatkan anak-anak,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
BNPB mencatat bahwa puluhan rumah warga mengalami rusak berat, beberapa fasilitas publik seperti sekolah dan rumah ibadah turut terdampak. Selain itu, jaringan listrik dan komunikasi di beberapa kampung terputus. Pemerintah daerah bersama aparat keamanan kini fokus memulihkan akses utama agar bantuan bisa disalurkan lebih cepat.
Koordinasi Pemerintah Daerah dan Nasional
Pemerintah daerah Kabupaten Nduga telah menetapkan status tanggap darurat. Langkah cepat diambil dengan menurunkan personel tambahan dan mengirimkan logistik ke lokasi terdampak. Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, dan BNPB juga ikut mengirimkan bantuan berupa tenda, selimut, serta kebutuhan dasar pengungsi.
Kepala BPBD Provinsi Papua menyatakan bahwa mereka terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk mengirim alat berat tambahan. “Kami perlu membuka akses jalan menuju lokasi longsor agar distribusi logistik dan bahan bakar tidak terhambat,” katanya.
Selain bantuan fisik, tenaga medis dan psikolog juga dikirim untuk menangani korban luka dan membantu warga yang mengalami trauma. Upaya rehabilitasi pascabencana akan dilakukan setelah proses evakuasi selesai.
Tantangan Logistik dan Medan Sulit
Medan geografis Papua yang didominasi pegunungan menjadi kendala utama dalam penanganan bencana. Jalur darat yang terbatas membuat pengiriman logistik hanya dapat dilakukan lewat udara. Cuaca yang tidak menentu membuat helikopter bantuan sering kali tertunda.
Kondisi ini membuat pemerintah daerah mengandalkan peran masyarakat lokal sebagai relawan. Mereka membantu menyalurkan bantuan melalui jalur alternatif seperti sungai kecil dan jalur pegunungan. Meski sederhana, upaya gotong royong tersebut sangat membantu meringankan beban korban.
Harapan Pemulihan dan Mitigasi Jangka Panjang
BNPB menegaskan bahwa fokus utama saat ini adalah menyelamatkan korban yang masih hilang dan menstabilkan kondisi warga terdampak. Namun setelah situasi darurat mereda, pemerintah berencana melakukan kajian geospasial untuk memetakan kembali daerah rawan bencana di Nduga.
“Kita akan melakukan evaluasi agar ke depan pembangunan permukiman lebih memperhatikan aspek keselamatan lingkungan,” ujar Abdul Muhari.
Selain itu, program edukasi masyarakat tentang mitigasi bencana akan digencarkan. Warga akan diajarkan cara mengenali tanda-tanda bencana alam, menentukan jalur evakuasi, serta menyimpan barang penting di lokasi aman.
Duka dan Solidaritas untuk Nduga
Peristiwa ini meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat Papua. Di tengah kesedihan, semangat gotong royong tetap menjadi kekuatan utama. Banyak komunitas, lembaga kemanusiaan, dan organisasi gereja turun langsung memberikan bantuan.
Masyarakat berharap agar korban yang masih hilang segera ditemukan dan proses pemulihan berjalan cepat. Bencana ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya kesiapsiagaan di wilayah rawan longsor dan banjir di tanah Papua.
Dari tragedi di Nduga, pelajaran besar dapat diambil: bahwa alam yang indah juga menyimpan potensi bahaya, dan hanya dengan kesadaran serta kebersamaan, manusia dapat bertahan menghadapi murka alam.

Cek Juga Artikel Dari Platform dapurkuliner.com
