Fenomena Hari Terpendek di Bumi: Mengapa Rotasi Bumi Bisa Lebih Cepat dari 24 Jam?
beritabumi.web.id Bumi dikenal sebagai planet yang berputar pada porosnya selama 24 jam penuh atau sekitar 86.400 detik setiap harinya. Namun, para ilmuwan menemukan bahwa perputaran ini tidak selalu berlangsung dengan durasi yang sama. Ada saat-saat di mana rotasi bumi sedikit melambat, dan ada pula ketika ia berputar lebih cepat dari biasanya. Fenomena ini dikenal sebagai percepatan rotasi bumi, yang menyebabkan panjang hari menjadi sedikit lebih pendek dari standar 24 jam.
Baru-baru ini, para peneliti di seluruh dunia dibuat terkejut oleh hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa bumi mengalami hari terpendeknya dalam catatan modern. Pada hari tersebut, bumi berputar lebih cepat hingga kehilangan sebagian kecil waktunya — hanya beberapa milidetik memang, tapi cukup untuk menarik perhatian para ilmuwan waktu dan astronom.
Fenomena ini tidak hanya menarik secara ilmiah, tetapi juga berpotensi memengaruhi sistem teknologi global yang sangat bergantung pada presisi waktu, seperti navigasi GPS, jaringan listrik, komunikasi satelit, hingga transaksi keuangan digital.
Mengapa Rotasi Bumi Bisa Berubah?
Meski selama ini kita terbiasa menganggap bahwa satu hari pasti terdiri dari 24 jam, kenyataannya panjang hari di bumi tidak pernah benar-benar tetap. Rotasi bumi terus berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh berbagai faktor alami yang kompleks.
Salah satu penyebab utama percepatan rotasi bumi adalah pergeseran distribusi massa di permukaan bumi, terutama akibat mencairnya es di kutub dan naiknya permukaan laut karena pemanasan global. Saat massa air berpindah dari daerah kutub ke lautan, momentum rotasi bumi berubah.
Fenomena ini bisa diibaratkan seperti seorang penari balet yang memutar tubuhnya: ketika tangan dirapatkan, putaran menjadi lebih cepat. Begitu juga dengan bumi — saat massa berpindah ke arah ekuator, perputaran bumi sedikit dipercepat.
Selain faktor pemanasan global, perubahan rotasi bumi juga dipengaruhi oleh gerakan inti bumi yang cair, aktivitas gempa besar, hingga tarikan gravitasi dari bulan dan matahari (efek tidal). Semua faktor ini berperan menciptakan fluktuasi kecil dalam panjang hari.
Apa Itu Hari Terpendek di Bumi?
Fenomena “hari terpendek” mengacu pada momen ketika bumi menyelesaikan satu rotasi penuh lebih cepat dari biasanya. Percepatan ini mungkin hanya beberapa milidetik, tetapi dalam ilmu geofisika, perbedaan sekecil itu sangat penting.
Data pengamatan menunjukkan bahwa pada hari tersebut, bumi berputar sekitar 1,25 milidetik lebih cepat dari durasi normal 24 jam. Artinya, satu hari terasa sedikit “lebih pendek” — meski manusia tentu tidak bisa merasakannya secara langsung.
Ilmuwan yang memantau fenomena ini menggunakan alat presisi tinggi seperti jam atom (atomic clock) dan Very Long Baseline Interferometry (VLBI), teknologi pengamatan posisi bumi terhadap bintang jauh di luar angkasa. Melalui teknologi ini, para ahli dapat mengukur perubahan rotasi bumi dengan ketelitian hingga seperjuta detik.
Dampak terhadap Sistem Waktu Global
Perubahan kecil dalam rotasi bumi bisa menimbulkan efek domino terhadap sistem waktu dunia. Saat rotasi bumi melambat, para ilmuwan menambahkan leap second atau “detik kabisat” pada waktu resmi dunia agar sinkron antara waktu atom dan waktu rotasi bumi. Namun jika rotasi bumi semakin cepat, maka untuk pertama kalinya dalam sejarah mungkin akan diterapkan negative leap second — pengurangan satu detik dari waktu universal terkoordinasi (UTC).
Langkah ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan menimbulkan perdebatan di kalangan ahli waktu internasional. Sebab, pengurangan detik bisa memengaruhi sistem komputer dan server global yang menggunakan sinkronisasi waktu presisi tinggi, seperti layanan perbankan digital, komunikasi, hingga infrastruktur internet.
Sistem yang sangat sensitif terhadap waktu, seperti GPS, dapat terganggu jika waktu bumi dan waktu atom tidak disesuaikan dengan benar. Karena itu, setiap perubahan detik kabisat, baik penambahan maupun pengurangan, harus dilakukan dengan sangat hati-hati.
Apakah Manusia Bisa Merasakannya?
Meski terdengar mengkhawatirkan, fenomena hari terpendek di bumi tidak berdampak langsung pada kehidupan sehari-hari. Perubahan beberapa milidetik terlalu kecil untuk memengaruhi aktivitas manusia. Kita tidak akan tiba-tiba merasa hari berlalu lebih cepat, atau waktu tidur berkurang.
Namun, fenomena ini menjadi pengingat penting bahwa bumi bukanlah sistem statis. Ia hidup, bergerak, dan bereaksi terhadap perubahan yang terjadi di dalam maupun di permukaannya. Setiap pergeseran, sekecil apa pun, menunjukkan betapa dinamisnya planet tempat kita tinggal.
Bumi Dulu Pernah Lebih Cepat
Dalam sejarah geologi, bumi sebenarnya pernah berputar jauh lebih cepat dari sekarang. Sekitar miliaran tahun lalu, ketika bumi baru terbentuk, satu hari hanya berlangsung sekitar 19 jam. Seiring waktu, tarikan gravitasi bulan memperlambat rotasi bumi sedikit demi sedikit hingga mencapai 24 jam.
Namun, dengan perubahan massa akibat aktivitas manusia dan pemanasan global, kini muncul tren sebaliknya — bumi justru berputar sedikit lebih cepat. Walau masih dalam skala kecil, para ilmuwan terus memantau fenomena ini untuk memahami dampak jangka panjangnya terhadap sistem bumi.
Penutup: Fenomena Kecil, Makna Besar
Fenomena “hari terpendek” bukan sekadar berita ilmiah menarik, melainkan pengingat akan kerapuhan keseimbangan bumi. Dalam beberapa milidetik waktu yang hilang, tersimpan kisah besar tentang bagaimana perubahan iklim, pencairan es, dan dinamika alam bekerja bersama memengaruhi planet ini.
Bumi terus berputar, tapi kini sedikit lebih cepat. Meski kita tak merasakannya, perubahan itu nyata — dan menjadi tanda bahwa setiap tindakan manusia terhadap alam punya konsekuensi, sekecil apa pun itu.

Cek Juga Artikel Dari Platform seputardigital.web.id
