Tiga Kali Gempa Guncang Indonesia Jelang Akhir Pekan, BMKG Pastikan Tak Berpotensi Tsunami
beritabumi.web.id JAKARTA — Menjelang akhir pekan, Indonesia kembali diguncang oleh beberapa gempa bumi di sejumlah wilayah. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), tercatat tiga kejadian gempa dalam satu hari yang mengguncang bagian barat Nusantara, tepatnya di perairan Bengkulu dan Aceh.
Meski getarannya cukup terasa di beberapa daerah, BMKG memastikan bahwa ketiga gempa tersebut tidak menimbulkan ancaman tsunami dan tidak menimbulkan kerusakan serius. Namun, fenomena ini menjadi pengingat bahwa Indonesia masih berada di kawasan rawan gempa yang sangat aktif secara tektonik.
Gempa Pertama Terjadi di Wilayah Enggano, Bengkulu
Gempa pertama terjadi di perairan Enggano, sebuah pulau kecil di barat daya Provinsi Bengkulu yang dikenal sebagai salah satu wilayah paling rawan aktivitas seismik di Indonesia. Berdasarkan data BMKG, episenter gempa berada sekitar 200 kilometer tenggara Enggano, dengan kedalaman sekitar 62 kilometer di bawah permukaan laut.
Gempa ini memiliki kekuatan magnitudo 5, dan meski tidak terlalu besar, cukup untuk mengguncang sejumlah daerah di sekitar Bengkulu bagian barat.
“Gempa tidak berpotensi tsunami,” tulis BMKG dalam keterangan resminya. Lindu dengan kekuatan menengah seperti ini biasanya disebabkan oleh pergerakan lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia.
Menurut para ahli, wilayah Enggano dan pesisir barat Sumatra memang sering mengalami gempa karena berada di jalur subduksi, yaitu zona pertemuan dua lempeng besar bumi. Di sinilah energi geologi bumi dilepaskan dalam bentuk guncangan yang bisa terjadi kapan saja.
Gempa Kedua Guncang Aceh Besar
Tak lama berselang, getaran kedua tercatat di wilayah Aceh Besar, Provinsi Aceh. Gempa ini terjadi di laut, sekitar 82 kilometer barat daya dari Aceh Besar, dengan kekuatan magnitudo 4,5 dan kedalaman 43 kilometer.
BMKG menjelaskan bahwa gempa ini termasuk dalam kategori gempa dangkal yang umumnya dipicu oleh aktivitas sesar aktif di dasar laut.
Meskipun kekuatannya tidak besar, getaran dilaporkan terasa di sejumlah daerah. Berdasarkan skala Modified Mercalli Intensity (MMI), gempa dirasakan dengan intensitas II di Aceh Jaya dan II–III di Banda Aceh. Getaran ringan sempat membuat warga keluar rumah, namun tidak ada laporan kerusakan bangunan maupun korban jiwa.
Gempa dengan karakter seperti ini memang sering terjadi di wilayah Aceh, yang merupakan salah satu kawasan paling aktif secara seismik di dunia. Lokasinya yang dekat dengan pertemuan lempeng besar menjadikan wilayah tersebut rawan mengalami gempa bumi dengan berbagai skala kekuatan.
Catatan BMKG: Aktivitas Seismik Masih Normal
Menurut BMKG, ketiga gempa yang terjadi hari itu masih termasuk dalam kategori aktivitas seismik normal. Tidak ada tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkanik maupun tektonik yang mengarah ke potensi gempa besar.
“Gempa yang tercatat masih dalam skala wajar dan tidak menunjukkan adanya anomali energi besar,” jelas salah satu peneliti seismologi BMKG.
BMKG terus memantau perkembangan aktivitas tektonik di seluruh Indonesia melalui jaringan sensor gempa nasional, yang tersebar di berbagai wilayah strategis, mulai dari barat hingga timur Indonesia. Dengan sistem pemantauan real-time, data dari setiap getaran bumi langsung dikirim dan dianalisis dalam hitungan detik.
Indonesia, Negeri di Atas Cincin Api
Fenomena gempa berulang seperti ini tidak mengherankan mengingat Indonesia berada di kawasan yang dikenal sebagai Cincin Api Pasifik (Ring of Fire) — sebuah jalur tektonik yang memanjang dari Amerika Selatan, melewati Samudra Pasifik, hingga Asia Tenggara dan Jepang.
Kawasan ini menjadi tempat pertemuan berbagai lempeng bumi besar seperti Indo-Australia, Eurasia, Pasifik, dan Filipina. Gesekan dan penunjaman antar lempeng tersebut menghasilkan energi yang dilepaskan dalam bentuk gempa bumi dan letusan gunung api.
Selain itu, struktur geologi di bawah Samudra Hindia bagian barat Indonesia sangat kompleks. Daerah ini merupakan tempat terjadinya subduksi aktif, di mana lempeng samudra menukik ke bawah lempeng benua. Proses inilah yang menghasilkan gempa-gempa besar di sepanjang pesisir barat Sumatra hingga ke kawasan Nusa Tenggara.
Gempa Tidak Selalu Menandakan Bahaya Besar
Walau sering menimbulkan kekhawatiran, BMKG menegaskan bahwa tidak semua gempa memiliki dampak berbahaya. Sebagian besar gempa di Indonesia memiliki skala menengah dan dalam, sehingga energinya tidak cukup untuk menyebabkan kerusakan parah.
Namun, BMKG tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan memahami prosedur mitigasi gempa. Warga di daerah rawan sebaiknya mengetahui lokasi aman di rumah maupun kantor, serta memahami cara evakuasi cepat bila terjadi guncangan kuat.
“Kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat adalah kunci utama untuk mengurangi risiko bencana,” kata pihak BMKG.
Penutup: Pengingat untuk Tetap Siaga
Tiga kali gempa yang mengguncang wilayah Indonesia di hari yang sama menjadi pengingat bahwa negeri ini hidup berdampingan dengan aktivitas geologi yang dinamis. Walaupun tidak berpotensi tsunami, setiap getaran bumi tetap menjadi alarm bagi manusia untuk tidak lengah terhadap kekuatan alam.
BMKG memastikan pemantauan akan terus dilakukan, dan masyarakat diimbau untuk mengikuti informasi resmi melalui situs atau aplikasi Info BMKG agar tidak mudah terpengaruh oleh kabar palsu di media sosial.
Gempa adalah bagian dari siklus alam yang wajar. Namun dengan pengetahuan, teknologi, dan kesadaran kolektif, manusia bisa hidup berdampingan dengan alam tanpa rasa takut — melainkan dengan sikap siap dan sigap.

Cek Juga Artikel Dari Platform lagupopuler.web.id
